BAB I
LATAR BELAKANG
Museum Sonobudoyo
merupakan sebuah museum yang berdiri di tanah bekas “Shouten”, yaitu tanah
hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII ditandai dngan sengkalan “Buta ngrasa estining
lata” yaitu tahun 1865 Jawa atau tahun 1934 Masehi.Museum ini didirikan pada tahun 1913 dan diresmikan pada Rabu wage tanggal
9 Ruwah 1866 Jawa dengan ditandai candra sengkala “Kayu Kinayang Ing
Brahmana Budha” yang berarti tahun Jawa atau tepatnya tanggal 6 Nopember
1935 tahun Masehi. Pada masa pendudukan Jepang Museum Sonobudoyo dikelola
oleh Bupati Paniradyapati Wiyata Praja (Kantor Sosial bagian pengajaran). Namun, di zaman Kemerdekaan, museum ini dikelola oleh Bupati Utorodyopati Budaya Prawito yaitu
jajaran pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya, pada akhir tahun 1974, Museum
Sonobudoyo diserahkan ke Pemerintah Pusat/Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Museum Sonobudoyo merupakan museum
terlengkap di Indonesia setelah Museum Nasional di Jakarta yang memuat koleksi
kesenian dan kebudayaan. Museum Sonobudoyo bersifat umum karena memuat sekitar 10
jenis koleksi museum dengan kategori sebagai berikut : Teknologi, Geologi, Seni Rupa,
Biologi, Keramologi, Etnografi, Filologika, Arkeologi, Numismatika dan
Historika.
Koleksi yang lengkap menjadi salah satu alasan saya memilih Museum ini
untuk dikunjungi dan untuk meneliti lebih dalam tentang koleksi-koleksi yang
dimiliki museum tersebut. Selain itu, tempat yang strategis, harga tiket yang
terjangkau, dan fasilitas yang memadai membuat saya tertarik untuk mengunjungi
tempat ini.
Dalam museum Sonobudoyo, terdapat sebuah koleksi peninggalan-peninggalan
agama Hindu. Salah satu peninggalan Hindu, yaitu Arca Ganesha. Objek ini sangat
menarik untuk diteliti lebih dalam, karena dalam pengarcaan Ganesha sangat
variatif. Arca Ganesha yang ditemukan ada yang duduk, berdiri dengan 2 kaki,
berdiri dengan 1 kaki, menunggang tikus,salah satu gading yang patah, dan ada
juga yang menggambarkannya dengan kedua gading yang utuh. Selain itu,
patung-patung Ganesha sangat diminati oleh konsumen lokal maupun internasional.
Mereka bahkan rela membayar mahal hanya untuk membeli patung Ganesha. Dalam
simbol Ganesha juga terdapat makna-makna filosofis yang sangat menarik untuk
diteliti.
Sejarah dan simbol-simbol yang ada pada lambang Ganesha menyimpan
nilai-nilai kehidupan yang dapat kita terapkan dalam hidup bermasyarakat.
Lambang Ganesha juga mempunyai bentuk yang sangat artistik. Itu mengapa saya
mengangkat Ganesha sebagai objek kajian untuk diteliti lebih dalam. Dalam
meneliti objek kajian ini, saya menggunakan pendekatan Deep Culture. Deep
Culture merupakan budaya tinggi yang mana dalam pengkajiannya meneliti
nilai-nilai yang menjadi dasar suatu kebudayaan.
BAB II
PENGENALAN OBJEK KAJIAN
Ganesha merupakan icon Hindu yang digambarkan
dengan manusia berkepala gajah, perut buncit, gading kanan yang patah, tangan
kiri membawa cawan dan belalai yang seolah-olah menghisap isi cawan tersebut.
Dalam agama Hindu, Ganesha merupakan Dewa yang terkenal selain Dewa-dewa
Trimurti, yakni Dewa Brahma (Dewa pencipta alam semesta), Dewa Wisnu (Dewa
pemelihara alam semesta), dan Dewa Siwa (Dewa pelebur alam semesta). Di
Indonesia banyak ditemukan arca Ganesha. Ada yang berhiasan sederhana, ada juga
yang kelihatan megah. Hal ini dipengaruhi oleh ketrampilan seniman pembuat arca
dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar. Gambar di samping merupakan arca Ganesha di Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta ini
ditemukan pada 1980 di Sinden II, Selomartani, Kalasan, Sleman, dan
diperkirakan berasal dari abad VIII – IX M.
Ganesha merupakan anak dari Dewa Siwa. Ia dipercaya sebagai Dewa ilmu
pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa Penolak bala/bencana, dan Dewa
kebijaksanaan. Ganesha juga dikenal dengan nama Winayaka, Ekadanta (Bergading
satu), Lambodara(Berperut buncit),Vighneswara (Penghalang
Bala/bencana), Heramba(bertangan delapan), dan Pilleyar. Dalam
dunia pewayangan, ia disebutBhatara Gana (pemimpin para Gana). Ganesha
sangat populer dan banyak pemujanya terutama dari Sekte Ganapatya. Ganapati
adalah nama lain Ganesha dalam kedudukannya sebagai pemimpin para Gana. Gana
adalah makhluk kahyangan yang termasuk dalam kelompok pariwara kecil yang
bertugas sebagai pasukan Dewa Siwa.
Sebagai salah satu dewa terkemuka dan banyak pemujanya, Ganesha banyak dikupas
sejumlah sumber. Versi yang paling terkenal terdapat dalam kitab Smaradahana. Dikisahkan,
suatu ketika Kadewataan akan diserang oleh para raksasa dengan dipimpin oleh
Nila Rudraka. Karena para Dewa tidak mampu menghadapi para raksasa itu, mereka
sepakat untuk meminta bantuan Dewa Siwa yang tengah bertapa. Setelah berunding,
mereka menunjuk Dewa Kamajaya untuk membangunkan Dewa Siwa dari pertapaannya.
Dewa Kamajaya berangkat ke pertapaan Dewa Siwa, namun ternyata Dewa Siwa sulit
dibangunkan dari pertapaannya. Dewa Kamajaya berusaha membangunkan Dewa Siwa
dengan melepaskan Panah Bunga (kekuatan batin yang ditujukan pada seseorang
agar tercium aroma bunga), tapi usaha itu gagal. Dengan terpaksa, Dewa Kamajaya
mengeluarkan senjatanya, yakni Panah Pancavisaya.Senjata ini
terkenal sangat ampuh membangunkan birahi dan rasa rindu. Setelah terkena panah
itu, Dewa Siwa pulang karena merasa sangat rindu kepada istrinya, Dewi Uma,
yang ada di Kadewataan. Dewi Uma hamil. Suatu ketika, para Dewa menghadap Dewa
Siwa untuk mengabarkan bahwa tentara Nila Nudraka telah mendekati Kadewataan.
Diantara para Dewa itu terdapat Dewa Indra yang menaikiGajah Airavata yang
gagah dan super besar. Tanpa disangka, Dewi Uma yang sedang hamil tua sangat
ketakutan melihat gajah itu sehingga dia jatuh pingsan.
Hari kelahiran telah tiba. Dewi Uma melahirkan seorang anak berkepala gajah
tepat seperti ucapan Dewa Siwa. Anak itu diberi nama Ganesha, dengan harapan
agar anak tersebut segera mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk mengalahkan
para raksasa yang akan menyerang Kadewataan. Ketika dilibatkan dalam
peperangan, mula-mula Ganesha mengalahkan para tentara raksasa. Seluruh musuh
dapat dikalahkannya dengan mudah. Setelah semua tentara mati, Ganesha
berhadapan langsung dengan pimpinan para raksasa, Nila Rudraka. Perang yang
dahsyat terjadi antara keduanya. Perang yang sengit membuat tubuh Ganesha
semakin besar. Dalam perang itu, Nila Rudraka berhasil mematahkan salah satu
gading Ganesha. Sambil memegangi patahan gadingnya, Ganesha mengeluarkan
senjatanya, yaitu Parasu (Kapak Pendek). Dengan senjata itu,
Ganesha mampu mengalahkan Nila Rudraka.
Selain itu, terdapat cerita versi lain dari Dewa Ganesha. Menurut Kitab Siwa
Purana, pada suatu hari Dewi Parvati, isteri Dewa Siwa, ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, maka dia menciptakan
seorang anak laki-laki yang diberi nama Ganesha. Dia berpesan kepada Ganesha
agar tidak mengizinkan siapa pun masuk ke rumahnya saat Dewi Parwati mandi. Dia
pun hanya boleh menuruti perintah Dewi Parwati. Pesan dan perintah tersebut
dilaksanakan dengan baik oleh Ganesha. Syah dan Dewa Siwa suami Dewi Parwati pulang dan hendak masuk
ke rumahnya. Namun ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh si anak kecil itu.
Ganesha melarangnya karena dia melaksanakan perintah Dewi Parwati.
Dewa Siwa menjelaskan bahwa ia suami Dewi Parwati dan rumah yang
dijaga Ganesha adalah rumahnya juga. Namun Ganesha tetap tidak mau mendengarkan
perintah Dewa Siwa. Ini sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah
siapapun.
Dewa Siwa kehilangan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesha.
Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa Siwa menggunakan Trisulanya dan
memenggal kepala Ganesha. Saat Dewi Parwati selesai mandi, ia menemukan
putranya sudah tak bernyawa. Mengetahui putranya dibunuh oleh Dewa Siwa, ia
menjadi amat marah dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali.
Dewa Siwa tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan
istrinya. Dewa Siwa kemudian menemui Dewa Brahma menceritakan kejadian
tersebut. Atas saran Dewa Brahma, Dewa Siwa mengutus abdinya, Gana, untuk
memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke
utara.
Ketika turun ke dunia, Gana mendapati seekor gajah dengan kepala
menghadap utara. Saat mengetahui kepalanya akan dipenggal sang gajah melawan
hingga salah satu gadingnya patah. Namun kepala gajah itu pun akhirnya dapat
dipenggal dan digunakan untuk menggantikan kepala Ganesha. Akhirnya Ganesha
dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa.
Kelahiran Ganesha, menurut versi lain, dilatari oleh permintaan
Indra dan para dewa, agar Siwa menciptakan tokoh yang dapat mengalahkan raksasa
yang ingin menguasai tempat tinggal para dewa. Kemudian Siwa mengerahkan salah
satu kekuatannya dalam ujud seorang pemuda tampan yang lahir dari rahim Parwati.
Pemuda tersebut diberi nama Vighneswara (Penyingkir Rintangan). Kelak dia
diperintahkan untuk mengalahkan para raksasa.
Parwati sangat bangga akan ketampanan putranya. Maka dia
mengundang para dewa untuk memamerkan putranya itu. Semua dewa memandang kagum
kepada Vighneswara. Kecuali Sani (Saturnus), dia tidak mau memandang
Vighneswara karena membawa kutukan isterinya. Konon, apa saja yang dipandangnya
akan berubah menjadi abu.
Meskipun sudah menolak, Parwati tetap meminta Sani memandang
putranya. Akibatnya kepala Vighneswara hancur menjadi abu. Parwati pun sangat
berduka. Kemudian Brahma menghibur Parwati dan berjanji memulihkan kepala
putranya dengan makhluk pertama yang dilihatnya. Makhluk pertama yang dijumpai
Brahma adalah seekor gajah.
Gambar dibawah ini menunjukkan simbol-simbol
yang terdapat pada Ganesha:
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Sesuai dengan mitologi yang terdapat
pada kitab Smaradahana, dalam pengarcaannya, Ganesha selalu
digambarkan memegang patahan gading di salah satu tangan, dan Parasu di
tangan yang lain. Dua tangan yang lain memegang Aksamala (Tasbih)
dan cawan. Dengan begitu, telihat bahwa Ganesha memiliki tangan empat yang
menandakan bahwa ia memiliki kemampuan lebih dari manusia biasa.
Penganut Ganesha menganut berbagai aliran. Hal ini dapat dilihat dalam
pengarcaan Ganesha yang sedikit berbeda, seperti pembuatan gadingnya. Ada yang
patah gading kanan, ada yang patah gading kiri, dan ada yang keduanya utuh.
Namun, yang paling sering ditemui Ganesha bergading satu (Ekadanta).
Selain itu, posisi arca juga berbeda-beda. Sebagian seniman menggambarkan
Ganesha dalam sikap duduk, namun ada juga yang menggambarkan dalam sikap
berdiri. Hal ini pun memiliki berbagai variasi, seperti berdiri dengan kedua
kaki dan berdiri di atas satu kaki. Arca Ganesha yang terlengkap dan terbesar
berada di Museum Nasional di bagian gedung rca. Ada 6 arca Ganesha, 4 arca
Ganesha dengan posisi duduk dan 2 arca dengan posisi berdiri.
Sebagai Dewa ilmu pengetahuan, Ganesha selalu mengundang kekaguman para pakar Ikonografi (pengetahuan
tentang seni arca kuno) karena bentuk, gaya seni, dan langgamnya yang
berbeda-beda. Namun ciri utama Ganesha tetap sama, yaitu belalai yang sedang
menghisap isi cawan yang dipegang oleh tangan depannya. Menurut mitologi Hindu,
cawan tersebut berisi cairan ilmu pengetahuan yang tidak pernah habis walaupun
dihisap secara terus menerus oleh Ganesha. Hal inilah yang diidentikkan sebagai
ilmu pengetahuan yang tidak pernah habis digali dan tak pernah berhenti
digarap. Mungkin, hal ini memberitahukan kepada manusia untuk terus belajar dan
mencari ilmu sebanyak-banyaknya, karena ilmu tidak pernah habis seperti yang digambarkan
arca Ganesha.
Dalam pengarcaan Ganesha, ia digambarkan dengan perut buncit. Perut buncit
dapat kita artikan sebagai lambang kemakmuran. Kemakmuran dapat dilihat dari
tubuh yang gemuk, karena tubuh yang gemuk menggambarkan tidak kekkurangan bahan
makanan. Itu mengapa, di India, Ganesha dipandang sebagai Dewa keberuntungan
dan kemakmuran.
Ganesha juga dipuja sebagai Dewa penyingkir segala rintangan, baik gangguan
gaib maupun gangguan fisik. Arca Ganesha yang ada di Yogyakarta, selalu
ditempatkan disebelah utara candi. Hal ini dimaksudkan agar arca tersebut
menjadi pelindung agar terhindar dari bencana gunung berapi yang terletak di
sebelah utara kota Yogyakarta.
Ganesha semakin dipuja karena dia
memiliki seekor tikus yang dianggap sebagai sahabat karibnya. Sang tikus
dijadikan sebagaiWahana (kendaraan/tunggangan). Hal ini dapat
dilihat dari beberapa arca yang menggambarkan Ganesha menunggang tikus (Musaka).Musaka merupakan
simbol keangkuhan diri. Jadi, diharapkan manusia mampu mengendalikan keangkuhan
yang ada pada diri mereka. Tikus itu juga sering diartikan sebagai cerminan
sifat Ganesha. Tikus dapat melewati segala rintangan di medan seperti apapun,
seperti di atap rumah, sawah, bahkan selokan. Hal itu sesuai dengan sifat gajah
yang mampu melewati segala rintangan dalam hidupnya. Gajah mampu menumbangkan
pohon-pohon di hutan yang menghalangi jalannya dengan tubuh yang besar dan
kuat. Pepohonan dapat kita diibaratkan sebagai masalah besar yang menghalangi
langkah manusia menuju kesuksesan. Jadi, dapat kita ambil kesimpulan bahwa arca
Ganesha mengajari kita untuk menghadapi segala permasalahan yang menghadang
dengan tegar dan meraih kesuksesan yang kita inginkan.
Pada saat sekarang ini, Ganesha banyak
dipakai sebagai oleh perusahaan dan lembaga-lembaga di Indonesia. Lembaga yang
paling banyak memakai Ganesha sebagai icon adalah Lembaga pendidikan. Hal ini
dikarenakan Ganesha yang dipercaya sebagai Dewa ilmu pengetahuan. Contohnya ITB
(Institut Teknologi Bandung). Universitas ini menggunakan Ganesha sebagai
logo universitas. Di sana, Ganesha digambarkan salah satu gadingnya patah,
menyandang kapak dan selendang, memegang buku, dan disalah satu tangannya
memegang cawan dengan belalai yang menjuntai ke dalam cawan tersebut. Penggunaan
Ganesha sebagai icon universitas mungkin dimaksudkan agar warga ITB dapat
menjadi orang yang luar biasa seperti Ganesha. Gambar di samping
merupakan logo ITB.
Tidak hanya ITB, logo Ganesha juga dapat kita
jumpai pada Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation (GO). Lembaga ini tidak hanya menggunakan Ganesha sebagai logo,
namun ia juga menggunakan nama Ganesha sebagai nama perusahaan.Dari logo di samping
sangat jelas terlihat bahwa Ganesha Operation menggunakan icon Ganesha.
Berikut merupakan sedikit contoh logo-logo perusahaan dan
lembaga-lembaga yang menggunakan lambang Ganesha:
Hal tersebut memperlihatkan bagaimana
Ganesha sangat terkenal, bahkan banyak digunakan sebagai logo-logo perusahaan
dan lembaga. Keyakinan dan kekaguman masyarakat terhadap sosokDewa Ganesha menjadi
latar belakang penggunaan Ganesha sebagai sebuah icon. Dengan memakai
gambar Ganesha, mereka berharap lembaga atau perusahaan mereka dapat berjalan
terus dan terhalang dari segala masalah menginggat Ganesha dipercaya sebagai
Dewa Penolak bala.
BAB IV
PENUTUP
Sebuah kebudayaan memiliki makna filosofi yang dapat kita ambil dan pakai dalam
kehidupan. Ganesha, merupakan sebuah peninggalan Hindu yang kaya akan
simbol-simbol yang mengandung makna. Selain itu, dari sejarah Ganesha kita juga
dapat mengambil banyak sekali pelajaran hidup. Dari keteguhan hatinya,
ketabahan, serta semangatnya.
Kekaguman masyarakat baik dari segi arsitektur maupun dari segi filosofis,
membuat Ganesha sangat diminati dan membuat lambang Ganesha banyak dipakai
sebagai hiasan bangunan maupun sebagai logo perusahaan dan lembaga-lembaga. Hal
tersebut sangat jelas terlihat dari banyaknya perusahaan dan lembaga-lembaga
yang memakai Ganesha sebagai logo maupun nama perusahaan.
Ganesha mempunyai bentuk yang artistik. Hal ini membuat patung Ganesha sangat
diminati dan laris di pasaran. Tidak hanya konsumen lokal saja yang tertarik
dengan patung Ganesha, namun juga konsumen mancanegara. Hal lain yang membuat
Ganesha sangat populer adalah makna-makna yang terkandung dalam simbol yang
digambarkan arca Ganesha.
Meski Ganesha
merupakan peninggalan ajaran Hindu, namun kita juga dapat mengambil dan
menerapkan pesan yang dibawa Ganesha. Dengan catatan, pesan yang dibawa
merupakan pesan yang baik dan tidak menyimpang dari norma yang ada. dengan
begitu. Satu hal lagi yang harus digarisbawahi. Dalam memaknai simbol Ganesha,
jangan sampai menyalahartikan makna yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://bimadana.blogspot.com/ Pada
1 Januari 2015
http://antopinguin.blogspot.com/ Pada
1 Januari 2015
http://www.ganeshabrahmachariashram.sch.id/ Pada
1 Januari 2015
http://www.thearoengbinangproject.com Pada 2 Januari 2015
http://paguyubanharapanganesha.wordpress.com/ Pada 2
Januari 2015
http://soniibrol.blogspot.com Pada
2 Januari 2015
http://www.sonobudoyo.com/ Pada 7
Januari 2015
http://www.njogja.co.id/ Pada 7
Januari 2015
0 komentar:
Posting Komentar