Antologi Cerpen


Angkringan
            Antologi cerpen “Angkringan” ini merupakan kumpulan cerpen karya guru dan siswa se-DIY. Antologi cerpen ini terdiri dari 6 cerpen guru dan 6 cerpen siswa. Cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku ini lebih menjurus pada kehidupan nyata yang ada di dalam masyarakat. Hal ini diperkuat dengan banyaknya cerpen yang menggunakan sudut pandang orang pertama. Dalam cerpen “Sertifikat”. Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dan kisah yang diceritakan seperti kehidupan penulis sendiri. Melihat latar belakang penulis yang merupakan seorang guru SMA yang telah beristri membuat cerpen yang ia tuliskan seperti kisah pribadi.
            Berbeda dari cerpen-cerpen yang lain, cerpen “Bukan Kecelakaan Biasa” menggunakan imajinasi yang tinggi. Penulis menceritakan tentang seorang polisi yang dipindahtugaskan ke kota yang memiliki tingkat kriminal yang tinggi. Di sana, kasus pembunuhan dianggap hal biasa dan tidak diurus secara hukum. Padahal, dalam dunia nyata hal itu sangat tidak mungkin terjadi. Penulis pun menggunakan ending surprise yang dapat menarik perhatian pembaca. Untuk penulis tingkat SMA, hal ini merupakan sesuatu yang istimewa.
Selain kedua hal tersebut, buku ini juga memuat cerpen-cerpen yang mengusung persatuan dalam perbedaan. Dalam cerpen “Teratak Daun Rumbia” yang menceritakan kehidupan suami istri yang merupakan orang Jawa dan orang Papua. Hal itu menunjukkan bahwa perbedaan suku bangsa tidsk menjadi masalah dalam kehidupan sosial. Dalam cerpen “Roti Gandum Isi Selai Kacang” pun juga diceritakan tiga orang sahabat yang berasal dari negara yang berbeda.

Perbedaan status sosial juga diangkat oleh cerpen “Kado Terakhir” dan “Akhirnya”. Dalam cerpen “Kado Terakhir”, dua sahabat yang berasal dari status sosial yang berbeda dapat bersahabat erat tanpa mengungkit-ungkit status mereka dalam masyarakat. Mereka saling menghormati dan menghargai. Namun berbeda dengan cerpen “Akhirnya”. Dalam cerpen “Akhirnya”, sepasang kekasih yang berasal dari keluarga berbeda tidak dapat bersatu karena perekonomian keluarga mereka yang berbeda. Keluarga perempuan tidak mau menerima laki-laki itu karena dia berasal dari keluarga yang biasa saja dan tidak mempunyai kedudukan dalam masyarakat.

Di Bawah Kaki Pak Dirman


Di Bawah Kaki Pak Dirman
(Nasjah Djamin)
            Antologi cerpen ini terdiri dari lima belas cerpen, yaitu: Pertemuan, Turunan-turunan Bangsawan, Debu Berembun Berlabuh, Di Bawah Kaki Pak Dirman, Malatan Abstrak, Repo dan Lusi, Orang-orang Gila, Penyelundup Risau, Napitupulu Maupassant, Lengganglah hati di Malioboro, Dialog-dialog di Empero, Cerita Belum Bernama, Pengawal Malam, Sepasang Hari sebelum Lebaran, dan Tape Ayu. Hampir semua setting cerita di Yogyakarta. Malioboro menjadi setting yang paling sering digunakan Nasjah Djamin dalam menulis cerpennya. Setting waktunya pun kebanyakan malam, seperti pada cerpen “Di Bawah Kaki Pak Dirman”.
            Cerpen-cerpen yang terangkum dalam buku ini menceritakan nasionalisme Bangsa Indonesia. Menggambarkan bagaimana kehidupan pahlawan-pahlawan yang ikut berjuang merebut kemerdekaan meski nama mereka tidak dikenal seperti orang mengenal Nama Pangeran Diponegoro. Pahlawan kemerdekaan yang diceritakan disini kebanyakan dari daerah dan hanya rakyat biasa. Seperti yang diceritakan dalam cerpen “Di Bawah Kaki Pak Dirman”. Dalam cerpen ini diceritakan bagaimana seorang laki-laki biasa yang sudah berkeluarga ikut membantu perjuangan Diponegoro dan gugur di medan perang. Meski namanya tidak terkenal, namun ia tetap pahlawan yang harus kita hargai.
            Tokoh-tokoh yang dihadirkan Nasjah Djamin merupakan orang-orang yang mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Meski mereka dari kalangan bawah, mereka tetap peduli terhadap Negara. Mereka juga sangat menghargai perjuangan pahlawan-pahlawan ynag telah gugur di medan perang dengan cara mereka sendiri. Salah satunya dengan ikut menjaga tulang-tulang pahlawan yang akan dipindahkan meski hanya menjaganya dari kejauhan.
            Nasjah Djamin mengajak kita unutk kembali mengenang dan member apresiasi tertinggi untuk pahlawan-pahlawan yang berjuang merebut tanah air dari tangan penjajah. Ia ingin membangkitkan rasa nasionalisme pembaca dengan menghadirkan cerita-cerita dahulu ketika bangsa Indonesia sedang dijajah.




Dua Dunia

Dua Dunia
(Nh.Dini)
            Kumpulan cerpen yang ditulis oleh Nh.Dini ini terdiri dari tujuh cerpen. Cerpen-cerpen yang ada pada antologi ini mengusung tema yang hampir sama, yaitu tentang pertentangan batin. Konflik yang disajikan tentang pemenuhan kebutuhan primer. Tokoh-tokoh yang diceritakan kebanyakan kalangan bawah. Nh.Dini menceritakan bagaimana kalangan bawah berusaha keras untuk bertahan hidup dalam kerasnya dunia. Seperti pada cerpen “Liar”. Dalam cerpen tersebut diceritakan seorang anak berandal bernama Irka. Ia menjadi seorang berandal dan mencuri hanya untuk membantu keluarganya yang ada di desa. Cerpen ini menjelaskan bagaimana kerasnya hidup berandalan dan bagaimana sesungguhnya batin seorang berandal yang masih mempunyai rasa sayang kepada keluarganya.
            Bagaimana susahnya kehidupan kelas bawah juga diceritakan dalam cerpen “Kelahiran”. Dalam cerpen tersebut digambarkan bagaimana seorang perempuan yang sedang hamil harus menanggung beratnya hidup kekurangan, karena suaminya yang tidak mempunyai pekerjaan. Rumah mereka hanya dari kardus dan berada di pinggir sungai. Padahal hal itu tidak baik bagi ibu hamil. Kerasnya hidup sangat terasa dalam cerpen ini. Namun, dalam kerasnya kehidupan masih ada secuil rasa kekeluargaan yang ditunjukkan tetengga yang datang saat melahirkan.
            Dalam ketujuh cerpen ini kebanyakan tokoh yang diceritakan berasal dari desa. Seperti pada cerpen Warung Bu Sally, Liar, Perempuan Warung, Pendurhaka, dan Kelahiran. Tokoh yang ada pada cerpen-cerpen tersebut datang ke kota untuk mengadu nasib. Namun, tidak semua usaha itu berhasil. Tokoh yang ada pada cerpen “Warung Bu Sally” berhasil mendapat tempat di kota. Namun, ia juga tidak menjadi orang kaya raya. Dalam cerpen yang lain, tokohnya gagal hidup berkecukupan di kota. Mereka malah mendapat penderitaan yang tak pernah mereka bayangkan, seperti pada cerpen Liar, Perempuan Warung, dan Kelahiran.

            Secara keseluruhan, kumpulan cerpen ini menceritakan bagaimna kehidupan dari sudut pandang lain. Dalam setiap cerpen, terdapat pesan moral yang dapat kita pakai untuk menjalani kehidupan kita lebih baik lagi. Nh.Dini bermaksud menuntun kita untuk lebih bersyukur dengan kehidupan yang kita miliki.

Hulubalang Raja


Hulubalang Raja
Penulis            : Nur St. Iskandar
Penerbit          : Balai Pustaka
Raja Hulu merasa putrinya, Ambun Suri, sudah saatnya dicarikan seorang suami. Untuk itu, ia mengadakan gelanggang unutk mencarikan putrinya seorang suami. Para bangsawan silih berganti datang ke gelanggang itu, termasuk Sutan Muhammad Syah. Ia merupakan anak dari Sultan Malafar Syah yang terkenal serakah.perlombaan dimenangkan oleh Muhammad Syah. Ia pun melamar Ambun Suri untuk menjadi istrinya. Hal itu ternyata membuat Putri Kemala Sari membenci Ambun Suri yang dulunya adalah sahabatnya.
Putri Kemala Sari menghanyutkan Ambun Suri ke sungai. Ali Akbar, kakaknya Ambun Suri, marah ketika mengetahui hal tersebut. Terjadilah peperangan antara Kerajaan Hulu dan Kerajaan Hilir. Perang itu menewaskan kedua orang tua Ambun Suri, karena Kerajaan Hilir mendapat bantuan Groewengen membawa kompeni. Sedangkan Ali Akbar dilarikan ke Manyuto oleh Raja Maulana. Di sana ia dijadikan Raja Adil. Secara perlahan tapi pasti, ia dapat merebut kekuasaan di Inderapura.
Di lain sisi, di kaki bukit Talang, Sutan Melekewi bersama Berkat menyabung ayam di gelanggang Putri Bungsu. Sutan Malekewi kalah dan memutuskan unutk pergi ke Padang bersama Berkat. Di perjalanan, mereka bertemu dengan Raja Bungsu yang merupakan pedang emas. Mereka pun ikut dalam rombongan Raja Bungsu. Namun, di tengah perjalanan mereka dirampok. Semua rombongan Raja Bungsu mati, kecuali Sutan Malekewi. Dia masuk ke hutan dan berhari-hari hidup di dalam hutan, hingga ia bertemu dengan Putri Rubiah dan anaknya Sarayawa. Ia hidup bersama dua perempuan itu dan mengganti namanya menjadi Buyung.
Sutan Malekewi bertemu dengan Orang Kaya Kecil yang sering bekerjasama dengan kompeni Belanda. Sutan Malekewi sudah dianggap anak oleh Orang Kaya Kecil. Terlebih setelah Orang Kaya Kecil tahu bahwa Sutan Malekewi sering menumpas orang-orang Pauh yang sering menyerang Padang yang merupakan pusat kekuasaan kompeni di Pesisir Minangkabau.
Kerjasama antara Malekewi dan kompeni semakin erat. Saat itu, kompeni tidak hanya bermusuhan dengan raja-raja seempat, namun juga dengan Aceh yang berkuasa di daerah utara Pesisir Minangkabau. Gelar “Hulubalang Raja” diberikan kepada Sutan Malekewi, karena dia selalu menumpas musuh-musuh kompeni. Dia berhasil menghancurkan musuh-musuhnya, kecuali Raja Adil.
Hulubalang Raja kemudia mencari adiknya yang diculik Raja Adil. Dia meninggalkan Orang Kaya Kecil dan Putri Sarawaya, perempuan yang mencintainya. Dia masuk ke daerah Raja Adil dengan menyamar. Namun, peyemarannya terbongkar. Akhirnya dia dibawa ke hadapan Raja Adil. Di sana ia sangat terkejut, karena adiknya, Adnan Dewi, telah menjadi istri Raja Adil. Ternyata musuhnya selama ini telah menjadi suami dari adiknya sendiri. Dia pun melupakan permusuhannya dengan Raja Adil, begitupun sebaliknya. Kedua orang tua Sutan Malekewi menerima kedatangan Raja Adil dan Adnan Dewi dengan suka cita. Tidak lama kemudian, pesta penyambutan Raja Adil dan istrinya dilanjutkan dengan pesta besar untuk pesta perkawinan Sutan Malekewi yang bergelar Hulubalang Raja dengan Sarayawa.
Komentar:

            Dari novel Hulubalang Raja, kita dapat mengetahui sejarah Aceh, bagaimana perjuangan yang terjadi di sana, juga pengkhianatan yang dilakukan anak negeri sendiri. Sutan Malekewi mengajarkan kepada kita untuk terus bertawakal terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam  menghadapi masalah meskipun itu sulit. Cerita itu juga mngajarkan kita untuk berani dan ikhlas memerangi kejahatan dan ketidakadilan. Keserakahan akhirnya hanya akan menghancurkan diri sendiri. Apalagi sampai bekhianat kepada bangsa sandiri hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Sebagai sesama manusia, kita harus saling memaafkan seperti yang dilakukan Sutan Malekewi dan juga Raja Adil, karena dengan memaafkan kita akan hidup dengan damai dan tidak akan ada lagi peperangan.


Sinopsis Novel: Di Kaki Bukit Cibalak

Di Kaki Bukit Cibalak
Penulis           : Ahmad Tohari
Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit    : Jakarta
Tahun Terbit : 2005
            Di sebuah desa di kaka bukit Cibalak, yaitu Desa Tanggir, sedang dilangsungkan pemilihan kepala desa. Pak Dirga terpilih menjadi kepala desa. Tidak seperti yng diharapkan, kepala desa yang baru ternyata sama saja liiknya dengan kepala desa yan dulu. Dia menggunakan segala macam cara untuk mendapat keuntungan pribadi.
            Pambudi merupakan pengurus koperasi desa Tanggir. Ia tidak sepaham dengan Pak Dirga. Suatu ketika, ada seorang warga Tanggir yang datang ke koperasi dengan maksud meminjam beras. Mbok Ralem namanya. Beras itu akan digunakan untuk biaya pengobatannya. Namun, Pak Dirga tidak memberikan pinjaman itu Karena hal itu, Pambudi keluar dari kepengurusan koperasi. Jiwa sosialnya tergugah untuk menolong Mbok Ralem. Ia membawa Mbok Ralem pergi ke Jogja untuk mendapat perawatan.
            Di sebuah Rumah Sakit, Mbok Ralem diperiksa, ternyata bengkak yang ada pada lehernya adalah kanker. Pambudi berusaha mencari dana dengan membuat dompet sosial di koran harian Kalawarta. Di sana ia di sambut baik oleh Pak Barkah, kepala redaksi. Dompet sosial itu ternyata mendapat sambutan baik dari masyarakat dan dengan uang yang ada, Mbok Ralem dapat dioperasi untuk mengangkat kanker yang menyerang tubuhnya. Pambudi dan Mbok Ralem pun kembali ke Tanggir.
            Berita tentang Mbok Ralem telah menyebar di Tanggir. Hal itu ternyata membuat Pak Dirga semakin membenci Pambudi. Dia pun mencoba segala cara agar Pambudi keluar dari Tanggir, mulai dari mengguna-gunai, sampai mempersulit keluarga Pambudi. Akhirnya, Pambudi memilih ergi ke Yogyakarta. Di sana ia menumpang pada Topo, sahabatnya. Atas saran Topo, Pambudi memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya. Sebelum ia masuk perkuliahan, dia bekerja di toko arloji milik nyonya Wibawa. Di toko arloji itu, dia mengenal Mulyani yang merupakan anak nyonya Wibawa. Semakin hari mereka semakin dekat. Hingga Pambudi memutuskan untuk bekerja di harian Kalawarta dan meninggalkan toko arloji tersebut. Mulyani merasa kehilangan atas kepergian Pambudi.
            Pambudi pulang ke Tanggir untuk sekedar menengok keluarganya. Ternyata, ia tengah difitnah menggelapkan uang sebesar Rp125.000,00, padahal sebenarnya uang itu dipakai Pak Dirga untuk kampanyenya dulu saat pemilihan kepala desa. Satu hal lagi yang membuat Pambudi hancur. Sanis, seorang gadis yang ia cintai ternyata sudah menikah dengan Pak Dirga. Akhirnya, Pambudi memutuskan kembali ke Jogja dan berniat membersihkan namanya dengan membuat artikel mengenai cela-cela yang ada di Desa Tanggir. Hal itu berhasil dan membuat Pak Dirga dipecat dari jabatannya.
            Desa Tanggir pun lepas dari kelicikan Pak Dirga. Pambudi kembali ke desanya setelah ia lulus menjadi sarjana muda. Sayangnya, ayah Pambudi telah meninggal karena jatuh di dekat sumur. Namun, Pambudi menerima semuanya dengan ikhlas. Lurah desa Tanggir kini telah diganti oleh seorang pemuda bernama Hadi.

            Meski Sanis telah diceraikan Pak Dirga, namun Pambudi sudah tidak mencintainya lagi. Kini perasaannya lebih tertarik kepada Mulyani. Ternyata, perasaan Mulyani pun sama. Mereka pun akhirnya bersatu menjadi seorang kekasih.

Nilai-Nilai Mulitikultural yang ada pada film "?" (Tanda Tanya)


Nilai-nilai Multikultural
Pada Film “?” (Tanda Tanya)

Sutradara         : Hanung Bramantyo
Pemain             :Revalina S Temat sebagai Menuk
  Reza Rahadian sebagai Soleh
  Agus Kuncoro sebagai Surya
  Endhita sebagai Rika
  Rio Dewanto sebagai Ping Hen
  Henky Sulaeman sebagai Tan Kat Sun
Durasi              : 90 menit

            Dalam suatu masyarakat terdapat berbagai kebudayaan. Masyarakat hidup berdampingan dengan budaya mereka masing-masing. Itu menunjukkan bahwa di dalam masyarakat terdapat toleransi. Namun, tidak selamanya masyarakat menerima suatu budaya yang dipakai seseorang. Terkadang, perbedaan budaya menyebabkan suatu perselisihan kecil bahkan tidak jarang menjadi suatu masalah besar.
Film “Tanda Tanya” menceritakan bagaimana masyarakat yang berbeda budaya hidup dalam suatu wilayah yang sama. Berikut merupakan nilai-nilai multikultural yang dapat kita lihat dalam film “Tanda Tanya”:
·         Diceritakan Tan Kat Sun seorang Tionghoa yang beragama Kong Hu Chu mempunyai usaha restoran Cina. Dia mempekerjakan Menuk yang beragama Islam. Ini menunjukkan bahwa dalam wilayah itu terdapat subkebudayaan yang berbeda. Tan Kat Sun seorang Tionghoa, sedangkan Menuk orang Jawa.
·         Meski Tan Kat Sun beragama Tionghoa, namun ia tidak melarang Menuk melaksanakan kewajibannya, yaitu sholat. Pada awal cerita diperlihatkan Menuk yang sedang sholat di temapat Tan Kat Sun, di sampingnya ada istri Tan Kat Sun yang juga sedang beribadah dengan membakar dupa. Hal itu menunjukkan bahwa berbeda budaya, bukan hal yang dapat menghalangi hidup bermasyarakat. Namun, dalam masyarakat multikultural diperlukan toleransi agar tidak timbul masalah.
·         Menuk yang bekerja pada restoran Tan Kat Sun menunjukkan adanya toleransi dikedua belah pihak. Meski mereka berbeda agama, namun mau bekerjasama mengelola restoran tersebut. Tan Kat Sun dalam mengolah makanan menggunakan alat yang berbeda untuk daging babi dan daging sapi atau ayam. Karena ia menghargai masyarakat sekitar yang kebanyakan beragama Islam. Dia juga memisahkan menu yang berbahan daging babi dengan makanan lain. Hal ini ditunjukkan saat Tan Kat Sun mengajari Hendra (anaknya) mengelola restoran. Hendra ditunjukkan alat-alat mana saja yang dipakai untuk mengolah daging babi dan alat mana saja yang digunakan untuk mengolah makanan lain ynag halal untuk umat Islam. Selain itu, Tan Kat Sun juga menutup restorannya saat bulan Puasa sebagai bentuk menghargai agama Islam. Hal-hal tersebut menunjukkan toleransi antarumat beragama.
·         Toleransi yang lain terlihat saat peringatan Jumat Agung bagi umat Katolik yang diselenggarakan di Gereja. Acara itu dijaga oleh Banser yang anggotanya merupakan umat Islam. Hal yang sama terjadi saat Natal. Perayaan Natal dijaga oleh Banser yang beranggotakan umat Islam. Dalam penyajian makanan Umat Islam turut membantu. Di sana Menuk termasuk ke dalam salah seorang yang membantu menyiapkan makanan untuk umat Kristen.
·         Dalam masyarakat multikultural, sangat rentan terjadi perselisihan dan masalah. Dalam film “Tanda Tanya” pun diperlihatkan bagaimana masalah itu timbul karena perbedaan budaya. Hendra yang beragama Tionghoa tidak mau menghormati umat agama Islam. Hal ini ditunjukkan saat Hendra membuka restoran dan menyuruh para pegawai unutk tetap bekerja saat Hari Raya Idul Fitri, padahal Tan Kat Sun (ayahnya) telah menutup restoran selama Hari Raya. Hal itu membuat warga marah yang akhirnya mengakibatkan kerusuhan. Kerusuhan itu membuat restoran Tan Kat Sun hancur dan ia pun meninggal. Ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat multikultural harus ada sikap toleransi anatarindividu. 

A Little Thing Called Love


Film : A Little Thing Called Love
Kru
Sutradara: Puttipong Pormsaka Na-Sakonnakorn and Wasin Pokpong
Penulis: Puttipong Pormsaka Na-Sakonnakorn and Wasin Pokpong
Produser: Somsak Tejcharattanaprasert and Panya Nirankol
Sinematografi: Reungwit Ramasudh
Pemeran Utama
Mario Maurer sebagai Khun Shone

Pemeran pembantu

Sudarat Budtporm sebagai Guru Inn
Tangi namonto sebagai Guru Phol
Pijitra Siriwerapan sebagai Guru Orn
Acharanat Ariyaritwikol sebagai Top
Kachamat Pormsaka Na-Sakonnakorn sebagai Pin
Yanika Thongprayoon sebagai Faye
Sinopsis
A Little Thing Called Love
Khun Nam pada tahun pertamanya di M.1 (1 SMP) jatuh cinta pada seniornya di M.4 (1 SMA), Khun Shone. Shone adalah pecinta hewan dan orang yang sangat peduli.  Dengan segala cara Nam melakukan sesuatu agar bisa melihat dan berbicara dengan Shone. Nam dibantu teman akrab akrabnya, Cheer, Gei, dan Nim. Mereka mencoba mempraktekkan buku “9 resep Cinta.
Setiap Nam ingin mendekati Shone, selalu ada Faye yang menghalanginya, seperti saat Nam ingin pulang bersama Shone, Faye berpura-pura kakinya terkilir agar pulang bersama Shone. Cheer. Gei, dan Nim mencoba segala cara untuk membuat Nam cantik. Saat pemilihan ekstrakulikuler, Nam dan teman-temannya memilih tari, tapi mereka tidak diterima karena ulah Faye. Akhirnya mereka ikut drama sekolah dan Nam mendapat peran Putri Salju. Dengan kemampuan Pin, seorang kakak kelas seni rupa, Pin mulai terlihat cantik.
Semakin hari Nam semakin cantik, banyak yang suka kepadanya, termasuk Top teman Shone yang baru saja pindah ke sekolah itu. Top menyatakan cintanya pada Nam. Meski Nam tidak menjawab pernyataan cinta Top, tapi Top menganggapnya telah menerima dia sebagai seorang kekasih. Mulai saat itu, Shone, Top, dan Nam sering pergi bersama. Hingga pada saat ulang tahun Cheer, Nam tidak bisa datang merayakannya. Itu semua membuat Nam jauh dari sahabat-sahabatnya.
Suatu ketika, saat Shone mengadakan acara api unggun bersama teman-temannya, Top mencium pipi Nam. Itu membuat Nam marah dan mengatakan bahwa ia tidak mencintai Top. Top menemui Shone dan berkata pada Shone agar tidak pernah pacaran dengan Nam, karena dia tidak mau sahabat karibnya pacaran dengan perempuan yang dia cintai. Sejak kejadian itu, Nam mulai dekat kembali dengan sahabat-sahabatnya yang dulu sempat menjauh.
Ayah Shone mengatakan Shone akan sekolah ke Bangkok dalam waktu dekat. Begitupun Nam. Dia mendapat peringkat 1 dan akan pergi ke Amerika menyusul ayahnya yang telah lama tidak ia temui. Kelulusan sudah tiba, Nam menyatakan cintanya pada Shone di kolam renang. Tapi, ternyata Shone telah jadian dengan Pin. Itu membuat Nam hancur.
 Saat pulang, Shone bertemu manager Bangkok Glass di rumahnya. Manager itu menjemput Shone pergi ke Bangkok. Sebelum ia pergi meninggalkan negaranya, ia ingin memberikan album foto yang berisi foto-foto Nam sejak ia masih jelel hingga dia cantik dan disukai banyak orang. Itu semua menunjukkan perasaannya yang sesungguhnya. Album itu Shone letakkan di depan rumah Nam dan ia pergi meninggalkan negaranya tanpa berpamitan pada Nam.
Sembilan tahun kemudian, Nam menjadi designer terkenal di New York dan ia diundang oleh salah satu talk show. Dalam talk show tersebut, Nam dipertemukan kembali dengan Shone yang telah berhasil dalam Bangkok Glass dan menjadi fotografer. Nam bertanya apakah Shone sudah menikah, Shone menjawab dia sedang menunggu seseorang yang yang datang dari USA (Nam). Merekapun akhirnya dapat bersatu.



Sinopsis novel Pulang


Pulang
(Toha Muhtar)

   Sebelum menjadi heiho Jepang, Tamin tinggal di sebuah desa yang terletak di lereng Gunung Wilis. Setelah tujuh tahun pergi meninggalkan desanya, ia pulang ke tanah kelahirannya yang selama ini ia rindukan. Ketika ia memasuki rumahnya, semua keluarganya terkejut melihat dirirnya, karena mereka hampir menganggap bahwa Tamin telah gugur di medan perang. Kini, ia berkumpul lagi dengan kedua orangtuanya dan adiknya, Sumi. Banyak cerita yang terlewatkan selama 7 tahun. Pardan, sahabatnya, telah gugur saat perangan melawan Belanda, sedangkan sahabatnya, Gamik, menang dalam mengusir Belanda dari tanahnya.
Keesokan harinya, Tamin membersihkan halaman rumah dan merapikan kandang. Semua sapi yang dulu keluarganya miliki kini telah dijual untuk memenuhi kehidupan mereka. Untuk itu, Tamin berencana pergi ke kota membeli sapi untuk membajak sawahnya seperti dulu. Namun ternyata, sawahnya telah digadaikan karena mereka tidak punya pilihan lain. Dengan menjual kalung peninggalan mendiang istrinya, Tamin menebus sawah yang telah menjadi warisan dari leluhurnya. Esok harinya, Tamin menjalankan apa yang telah ia rencanakan.
Sawah yang selama ini membuat Tamin rindu, telah kembali menjadi milik keluarganya. Tamin menggarap sawahnya dengan gembira dan sungguh-sungguh.  Setiap malam, ia menyanyi tembang jawa, Asmaradana, untuk menghibur diri. Keadaan keluarga Taminpun semakin membaik sejak kepulangan Tamin. Setiap pagi, Tamin telah sibuk menggarap sawahnya dan ketika siang tiba, Sumi datang membawakan makan siang untuk Tamin. Suatu hari, Sumi datang bersama Isah yang membuat Tamin jatuh cinta. Sejak saat itu, Tamin selalu menunggu pertemuannya dengan Isah meski hanya sejenak.
Suatu hari, Tamin diajak Pak Banji menghadiri sebuah rapat untuk merundingkan perbaikan makam Gamik. Rapat berjalan dengan lancer hingga mendapat sebuah kesepakatan. Setelah rapat selesai, acara dilanjutkan dengan perbincangan ringan antarwarga. Disana Tamin diminta menceritakan pengalaman hidupnya selama tujuh tahun ia meninggalkan desa. Tamin bingung, karena ia takut menceritakan bahwa ia menjadi heiho yang berarti sebuah penghianatan. Akhirnya, Tamin mengarang cerita untuk menutupi bahwa ia ikut andil membela Belanda.
Tamin merasa bersalah dan semakin hari semakin gundah. Akhirnya, ia memutuskan pergi meninggalkan desa. Sampai di tepi Begawan, Tamin bertemu dengan penarik getek. Dia diajak ikut bersama tukang getek itu dan sampailah ia di kota. Di sana, ia bekerja di sebuah gudang.
Pada suatu hari ia bertemu dengan Pak Banji. Kebetulan Pak Banji ada keperluan di kota. Pak Banji mengajaknya pulang karena kepergiannya telah membuat keluarganya sedih. Pak Banji memberikan kabar bahwa ayah Tamin telah tiada. Selama Tamin pergi, para warga telah membantu memanen sawah Tamin. Penduduk sama sekali tidak mengambil hasil dari sawah Tamin. Hal itu membuat Tamin sadar bahwa kekhawatirannya selama ini tidak masuk akal. Tamin menyesali perbuatannya selama ini.
Akhirnya Tamin pulang kembali ke desanya. Tamin pergi ke makam ayahnya. Ia menghadap makam ayahnya dan berjanji akan merawat sawahnya, seperti amanah ayahnya dahulu. Dengan hati yang lapang, ia berjanji tidak akan lagi meninggalkan desanya.

Komentar :

            Novel ini mengajarkan kita untuk selalu bersikap jujur. Karena dengan kejujuran, kita akan merasa tenang. Sebuah kebohongan akan menciptakan kebohongan-kebohongan yang lain dan akan membuat hidup kita tidak tenang, karena dihantui oleh rasa bersalah. Dari novel ini, kita bisa mengetahui kebudayaan yang ada di pedesaan. Bagaimana pola hidup mereka dan adat-adat yang ada, seperti gotong royong yang mulai luntur pada saat ini. Selain itu, novel ini juga mengandung unsur nasionalisme yang dikemas dalam perjuangan Gamik melawan Belanda.

Sinopsis novel Lembah Hijau

Lembah Hijau
(Nursjamsu)

          Diusianya yang masih 12 tahun, Ujang harus hidup sendiri. Ibu dan ayahnya telah meninggal. Ujang hanya punya pekarang, kambingnya ‘Si Putih’, dan dua ayamya ‘Si Bintik-Bintik’. Meski ia yatim piatu, ia tetap bersekolah seperti nasihat ibunya, walaupun Pak Mamat mengejeknya. Selain sekolah, ia juga merumput untuk kambingnya juga kambing Pak Wira untuk mendapatkan uang guna menyambung hidup. Tapi, ia berhenti merumput untuk kambingnya Pak Wira, karena Pak Wira tidak membayar upahnya lagi.
            Semakin hari, uang Ujang semakin habis. Lalu, ia melihat buah nangka yang ada dibelakang pondoknya yang hampir masak. Ia berfikir akan menjual buah itu ketika sudah masak. Tapi, ketika sudah matang, buah itu hilang dicuri orang. Kesedihannya belum hilang saat Pak Mamat mengajaknya bekerjasama. Pak Mamat ingin menanami tanah Ujang dengan kacang tanah dan hasilnya dibagi dua. Ujang setuju dan untuk menyambung hidupnya sebelum kacang tanah siap panen, ia menjual ayamnya Si Bintik-bintik. Selain itu, dia juga bekerja di pasar sebagai kuli angkut. Tapi, setiap penghasilannya selalu dibagi dua dengan preman pasar yang selalu mengancamnya.
            Kacang tanah sudah siap panen. Ujang sempat bertanya akan harga kacang itu kepada sang pemborong. Ia hitung-hitung uang yang akan diterimanya cukup untuk hidup dan untuk membayar sekolahnya. Tapi, ternyata Pak Mamat melakukan kecurangan dalam membagi hasilnya. Hari berikutnya, kambingnya dicuri oleh orang yang telah membeli kacang tanahnya. Ujang sangat terpukul dan kehilangan kepercayaan terhadap orang-orang. Ia merasa tidak ada lagi orang yang baik di dunia ini. Akhirnya, ia memutuskan pergi ke Jakarta untuk mencari orang baik. Ia menumpang truk yang akan pergi ke Jakarta dengan membawa bekalnya seadanya. Sesampainya di Jakarta, ia hanya berjalan mengikuti hatinya hingga ia sampai di depan sebuah rumah. Tiba-tiba ada tukang becak yang berhenti dan minum dari guci yang ada di depan rumah itu. Melihat itu semua, Ujang menganggap bahwa pemilik rumah itu baik, ternyata setelah ia bertemu dengan pemilik rumah prasangkanya salah.
Ujang memutuskan pergi ke kali untuk mandi, tapi karena airnya keruh, ia mengurungkan niatnya. Perlahan, air matanya menetes bersama air hujan yang membasahi tubuhnya. Dari bawah jembatan, ada suara yang memanggilnya untuk berteduh. Ujang menghampiri suara itu. Ia disambut oleh seorang wanita. Ujang mulai nyaman ketika ia tidur bersama wanita itu. Ia merasa mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Tapi, lagi-lagi kepercayaan itu hancur. Ketika ia membuka matanya, wanita itu telah hilang beserta bekalnya yang ia bawa dari kampung. Ujang pergi dan sampai di depan sebuah Rumah Yatim Piatu. Ia merasa mendapat apa ynag ia cari selama ini. Ternyata tidak.
Ia keluar dari Rumah Piatu itu dan bertemu dengan Pak Arif. Seorang guru yang tinggal bersama anaknya, Iwan. Ujang menceritakan semua kisahnya kepada Pak Arif. tentang ketidakpercayaannya lagi pada manusia. Pak Arif memberi nasihat kepada Ujang untuk tidak menghakimi orang hanya dengan satu  bukti saja dan Ujang menerima nasihat itu. Selama satu tahun Ujang bersama Pak Arif, hingga ia bertemu dengan Ibu Marni. Wanita yang telah mencuri uangnya saat di kolong jembatan. Ibu Marni memberi penjelasan atas kejadian itu dan mengembalikan semua uang Ujang yang telah berbunga menjadi banyak karena Ibu Marni sangat menyesal atas kejadian itu. Ibu Marni juga mengangkat Ujang menjadi anaknya.
Saat liburan sekolah, Ujang diajak berlibur ke pondoknya oleh Ibu Marni beserta Iwan. Saat itulah semua prasangka Ujang tentang keburukan orang-orang kampungnya hilang. Pak Mamat yang dulu mencuranginya mengaku salah dan mengembalikan uang Ujang. Begitupun Pak Pak Wira mengakui kesalahannya. Sedangkan preman pasar yang telah mengambil setengah dari hasil kerjanya, kini telah di penjara. Ternyata semua nasihat Pak Arif benar. Itulah yang dirasakan Ujang. Kini ia lebih ringan menjalani hari-harinya.

Komentar:

Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari novel ini. Ujang yang tak pernah putus asa menyambung hidupnya, meski ia selalu saja ditipu oleh orang-orang sekitarnya. Pak Arif juga mengajarkan kepada kita untuk tidak menghakimi orang lain hanya dengan satu bukti saja. Dia mengajari kita untuk melihat dari sudut pandang orang yang bersalah agar kita dengan mudah dapat memaafkan kesalahan mereka. Setiap manusia mempunyai sisi baik dan sisi buruk. Jadi, kita harus melihat dari kedua sisi, jangan hanya dari satu sisi agar kita dapat menjalani hidup ini dengan baik. Novel ini juga memberituhu kita bahwa setiap perbuatan kita pasti akan ada balasannya. Entah itu di dunia atau di akhirat.
Copyright 2009 Pokem's Blog. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates