Angkringan
Antologi
cerpen “Angkringan” ini merupakan kumpulan cerpen karya guru dan siswa se-DIY.
Antologi cerpen ini terdiri dari 6 cerpen guru dan 6 cerpen siswa.
Cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku ini lebih menjurus pada kehidupan nyata
yang ada di dalam masyarakat. Hal ini diperkuat dengan banyaknya cerpen yang
menggunakan sudut pandang orang pertama. Dalam cerpen “Sertifikat”. Penulis
menggunakan sudut pandang orang pertama dan kisah yang diceritakan seperti
kehidupan penulis sendiri. Melihat latar belakang penulis yang merupakan
seorang guru SMA yang telah beristri membuat cerpen yang ia tuliskan seperti
kisah pribadi.
Berbeda
dari cerpen-cerpen yang lain, cerpen “Bukan Kecelakaan Biasa” menggunakan
imajinasi yang tinggi. Penulis menceritakan tentang seorang polisi yang
dipindahtugaskan ke kota yang memiliki tingkat kriminal yang tinggi. Di sana,
kasus pembunuhan dianggap hal biasa dan tidak diurus secara hukum. Padahal,
dalam dunia nyata hal itu sangat tidak mungkin terjadi. Penulis pun menggunakan
ending surprise yang dapat menarik perhatian pembaca. Untuk penulis tingkat
SMA, hal ini merupakan sesuatu yang istimewa.
Selain kedua hal
tersebut, buku ini juga memuat cerpen-cerpen yang mengusung persatuan dalam
perbedaan. Dalam cerpen “Teratak Daun Rumbia” yang menceritakan kehidupan suami
istri yang merupakan orang Jawa dan orang Papua. Hal itu menunjukkan bahwa
perbedaan suku bangsa tidsk menjadi masalah dalam kehidupan sosial. Dalam
cerpen “Roti Gandum Isi Selai Kacang” pun juga diceritakan tiga orang sahabat
yang berasal dari negara yang berbeda.
Perbedaan status sosial
juga diangkat oleh cerpen “Kado Terakhir” dan “Akhirnya”. Dalam cerpen “Kado
Terakhir”, dua sahabat yang berasal dari status sosial yang berbeda dapat
bersahabat erat tanpa mengungkit-ungkit status mereka dalam masyarakat. Mereka
saling menghormati dan menghargai. Namun berbeda dengan cerpen “Akhirnya”.
Dalam cerpen “Akhirnya”, sepasang kekasih yang berasal dari keluarga berbeda
tidak dapat bersatu karena perekonomian keluarga mereka yang berbeda. Keluarga
perempuan tidak mau menerima laki-laki itu karena dia berasal dari keluarga
yang biasa saja dan tidak mempunyai kedudukan dalam masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar